1. Pengertian
Pemimpin dan kepemimpinan
Menurut Winardi (1990:32) bahwa pemimpin terdiri dari
pemimpin formal (formal leader) dan pemimpin informal (informal leader).
Pemimpin formal adalah seorang (pria atau wanita) yang oleh organisasi tertentu
(swasta atau pemerintah) ditunjuk (berdasarkan surat-surat keputusan
pengangkatan dari organisasi yang bersangkutan) untuk memangku sesuatu
Pengertian pemimpin menurut Suradinata (1997:11) adalah
orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun
keluarga.
Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan
seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan
atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
jabatan dalam struktur organisasi yang ada dengan segala hak
dan kewajiban yang berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran-sasaran
organisasi tersebut yang ditetapkan sejak semula. Sedangkan kepemimpinan adalah
merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin yang
tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor intern maupun faktor ekstern.
Siagian (1986:12) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah
keterampilan dan kemampuan seseorang mempengaruhi perilaku orang lain, baik
yang kedudukannya lebih tinggi maupun lebih lebih rendah daripada nya dalam
berfikir dan bertindak agar perilaku yang semula mungkin individualistik dan
egosentrik berubah menjadi perilaku organisasional.
2. Tujuan
dan Fungsi Kepemimpinan
Fungsi – fungsi
kepemimpinan adalah sebagai berikut :
1). Fungsi
Perencanaan
Seorang
pemimpin perlu membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi
diri sendiri selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat –
manfaat tersebut antara lain :
a. Perencanaan
merupakan hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaanuntuk memutuskan
apa yang akan dilakukan
b. Perencanaan berarti pemikiran jauh ke depan disertai
keputusan – keputusan yang berdasarkan atas fakta – fakta yang diketahui
c. Perencanaan berarti proyeksi atau penempatan diri ke
situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan tujuan atau target yang akan dicapai.
Setiap rencana
yang baik akan berisi :
a. Maksud dan tujuan yang tetap dan dapat dipahami
b. Penggunaan sumber – sumber enam M secara tepat
c. Cara dan prosedur untuk mencapai tujuan tersebut
2). Fungsi
memandang ke depan
Seorang pemimpin yang senantiasa memandang ke depan berarti
akan mampu mendorong apa yang akan terjadi serta selalu waspada terhadap
kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa jalannya proses pekerjaan ke arah
yang dituju akan dapat berlangusng terus menerus tanpa mengalami hambatan dan
penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab seorang pemimpin harus peka terhadap
perkembangan situasi baik di dalam maupun diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi
hambatan-hambatan yang muncul, baik yang kecil maupun yang besar.
3). Fungsi
pengembangan loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini tidak saja diantara pengikut,
tetapi juga unutk para pemimpin tingkat rendah dan menengah dalam organisai.
Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin sendiri harus memberi teladan
baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah laku sehari – hari yang
menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak pernah mengingkari dan
menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan dapat berjalan sebagaimana
mestinya.
4). Fungsi
Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa
meneliti kemampuan pelaksanaan rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan
– hambatan dapat segera diketemukan, untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan
kembali berlangsung menurut rel yang elah ditetapkan dalam rencana .
5). Fungsi
mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang
tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak pemimpin yang menunda untuk
melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada pemimpin yang kurang berani
mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan dapat dilakukan secara
individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi, referendum, mengajukan usul
tertulis dan lain sebagainya.
Dalam setiap pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi
yang sebaik-baiknya dari :
a. Perasaan, firasat atau intuisi
b. Pengumpulan, pengolahan, penilaian dan interpretasi
fakta-fakta secara rasional – sistematis.
c. Pengalaman baik yang langusng maupun tidak langsung.
d. Wewenang formal yang dimiliki oleh pengambil keputusan.
6). Fungsi
memberi motivasi
Seorang pemipin perlu selalu bersikap penuh perhatian
terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat memberi semangat, membesarkan hati,
mempengaruhi anak buahnya agar rajinbekerja dan menunjukkan prestasi yang baik
terhadap organisasi yang dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran,
hadiah, piujian atau ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab
mereka merasa bahwa hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh
pemimpinnya.
Di lain
pihak, seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak
buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga
merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang
setimpal dengan kesalahannya. Untuk melaksanakan fungsi fungsi ini sebaik-
baiknya, seorang pemimpin perlu menyelenggarakan daftar kecakapan dan kelakuan
baik bagi semua pegawai sehingga tercatat semua hadiah maupun hukuman yang
telah diberikan kepada mereka.
Menurut William R. Lassey dalam bukunya Dimension of Leadership,
menyebutkan dua macam fungsi kepemimpinan, yaitu kepemimpinan, yaitu :
1. Fungsi menjalankan tugas
Fungsi ini harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Fungsi pemeliharaan.
Fungsi ini mengusahakan kepuasan, baik bagi pemeliharaan dan
pengembangan kelompok untuk kelangsungan hidupnya.
Disamping kedua pendapat tersebut tentang fungsi
kepemimpinan, pendapat lain mengemukakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah
memberikan pendapat yang terakhir mengatakan bahwa fungsi kepemimpinan adalah
menciptakan struktur untuk pencapaian tujuan, mempertahankan dan mengamankan
integritas organisasi dan medamaikan perbedaan yang terjadi dalam kelompok
menuju ke arah kesepakatan bersama.
3. Faktor-Faktor
Kepengikutan
Definisi Kepengikutan
Kepengikutan adalah suatu sikap atau kecendrungan seseorang untuk mengikuti
orang lain.
Ada bebarapa macam kepengikutan (Followership)
1). Kepengikutan karena naluri, misalnya anak
mengikuti orang tuanya, masyarakat suku terasing mengikuti pemimpin
kharismatik.
2). Kepengikutan karena tradisi atau adat
kebiasaan, misalnya masyarakat pedesaan sangat berpegang kepada adat istiadat
yang diwarisi turun temurun
3). Kepengikutan karena agama, misalnya, mengikuti
karena mentaati ajaran agama.
4). Kepengikutan karena rasio, misalnya, orang
terpelajar mengikuti pemimpin yang dapat meyakinkan orang melalui pikiran
rasional
5). Kepengikutan karena peraturan atau hukum,
misalnya, dikalangan masyarakat modern dimana hubungan antar manusia telah diatur dalam peraturan dan hukum yang berlaku.
Ada bebarapa sebab yang membuat
seseorang mengikuti orang lain secara psikologis:
a. Adanya dorongan mengikuti pemimpin.
b. Adanya sifat-sifat khusus pada
pemimpin, yaitu sifat-sifat dan ciri kepemimpinan yang mampu mempengaruhi jiwa
orang lain sehingga tertarik kepadanya.
c. Adanya kemampuan pemimpin untuk menggunakan teknik dan
metode kepemimpinan
4. Teori
Munculnya Seorang Pemimpin
Bagaimana seseorang bisa menjadi pemimpin? Berikut ini
adalah beberapa teori tentang munculnya seorang pemimpin:
1). Teori Genetis
(Hereditary Theory) - Leaders are born, not made.
Seseorang bisa menjadi pemimpin
karena kelahirannya. Sejak ia lahir, bahkan sejak ia di dalam kandungan, ia
telah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin. Pelbagai pengalaman dalam hidupnya
akan semakin melengkapinya untuk menjadi pemimpin di kemudian hari. Teori ini
mengatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan. Karena
orang tuanya menjadi pemimpin, maka anaknya juga menjadi pemimpin. Kalau orang
tuanya dulu tidak menjadi pemimpin, maka dipandangnya orang tidak cakap menjadi
pemimpin. Teori ini biasanya dianut dan hidup di kalangan kaum bangsawan.
Misalnya di Yogyakarta yang dapat menjadi Sultan (Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta) hanyalah keturunan Sultan Yogya saja. Seseorang bisa menjadi
pemimpin karena mewarisi posisi atau jabatan kepemimpinan dari orang tuanya.
Teori ini biasanya berlaku pada zaman dinasti kekaisaran atau kerajaan.
Kadang-kadang yang bersangkutan tidak memenuhi syarat untuk bisa menjadi
pemimpin, tetapi karena ketentuan dinasti itulah, maka ia tetap bisa menjadi
pemimpin. Tidak heran jika kemudian timbul pelbagai masalah akibat ketidak-mampuan
tersebut.
2). Teori Kejiwaan/ Sosial - Leaders are made, not born.
Seseorang bisa menjadi pemimpin
karena pembentukan. Jika ia memiliki keinginan yang kuat, sekalipun ia tidak
dilahirkan sebagai seorang pemimpin, ia bisa menjadi seorang pemimpin yang
efektif. Pemimpin yang baik mengembangkan dirinya melalui proses tiada henti
baik dalam belajar mandiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Pada
hakikatnya semua orang sama dan dapat menjadi pemimpin. Tiap-tiap orang
mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, hanya saja memiliki kesempatan atau
tidak.
3). Teori Ekologis
Teori ini timbul sebagai reaksi
terhadap teori genetis dan teori kejiwaan/ sosial yang pada intinya berarti
bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik apabila
pada waktu lahir telah memiliki bakat kepemimpinan, dan bakat tersebut kemudian
dikembangkan melalui proses pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman
yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang
telah dimilikinya itu. Kalau teori genetis berpendapat, bahwa orang menjadi
pemimpin karena memang sudah ditakdirkan dan teori kejiwaan/ sosial
mengemukakan bahwa kepemimpinan itu bukan ditakdirkan, akan tetapi dibentuk
oleh pengaruh lingkungan, maka teori ekologis mengakui kedua-duanya, artinya
bahwa seseorang itu hanya akan bisa menjadi pemimpin yang baik apabila pada
waktu lahir telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan dan bakat-bakat itu
kemudian diasah melalui pendidikan.
Semua teori di atas dapat
digunakan dalam pemunculan seorang pemimpin, tergantung pada situasi dan
kondisi yang ada. Seseorang yang memang “ditakdirkan” sebagai pemimpin pun,
jika tidak bersedia mengembangkan diri dalam pelbagai proses yang melengkapi
dirinya, tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat pemimpin itu
tidak ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin. Adanya
kesempatan yang diberikan akan sangat menolong. Menurut Ordway Tead timbulnya
seorang pemimpin itu karena:
1. Membentuk
diri sendiri (self constituted leader, self made man, born leader)
2. Dipilih
oleh golongan. Ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena kecakapannya,
keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
3. Ditunjuk
dari atas. Ia menjadi pemimpin karena dipercayai dan disetujui oleh pihak atasan.
5. Pemimpin
Formal dan pemimpin non formal
1). Pemimpin Formal
Lembaga Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif, artinya seseorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar
keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur
organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang melekat berkaitan dengan
posisinya, seperti:
a. Memiliki dasar
legalitasnya diperoleh dari penunjukkan pihak yang berwenang, artinya memiliki
legitimasi;
b. Harus memenuhi
beberapa persyaratan tertentu;
c. Mendapat
dukungan dari organisasi formal ataupun atasannya;
d. Memperoleh
balas jasa / kompensasi baik materiil atau immaterial tertentu;
e. Kemungkinan
mendapat peluang untuk promosi, kenaikan pangkat / jabatan, dapat dimutasikan,
diberhentikan, dal lain-lain;
f. Mendapatkan
reward dan punishment;
g. Memiliki
kekuasaan atau wewenang.
2). Pemimpin Informal
Tokoh masyarakat, pemuka
agama, adat, LSM, guru, bisnis, dll.
Artinya seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak
formal, karena memiliki kualitas unggul, di mencapai kedudukan sebagai seorang
yang mampu memengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok / komunitas
tertentu, seperti:
a. Sebagian tidak
/ belum memiliki acuan formal atau legitimasi sebagai pemimpin;
b. Masa
kepemimpinannya sangat tergantung pada pengakuan dari kelompok atau
komunitasnya;
c. Tidak di back
up dari organisasi secara formal;
d. Tidak
mendapatkan imbalan / kompensasi;
e. Tidak mendapat
promosi, kenaikan pangkat, mutasi, dan tidak memiliki atasan;
f. Tidak ada
reward dan punishment.
Sumber :
Vethzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Pelilaku
Organisasi, Rajawali Pers, 2009, h. 3-4.
http://sugengrusmiwari.blogspot.co.id/2013/03/pemimpin-formal-dan-non-formal.html
http://rusdarusda.blogspot.co.id/2011/03/teori-munculnya-pemimpin.html
http://imroatulwahid.blogspot.co.id/2013/12/kumpulan-materi-kepemimpinan-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar