Laman

Sabtu, 17 Desember 2016

PERANAN DAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN

A.            Karakteristik Pendidikan
1.            Pengertian Karakteristik Pendidikan Islam
Sebelum berbicara jauh mengenai karakteristik pendidikan Islam, adabaiknya kita melihat kembali berbagai pengertian dari karakteristik danpendidikan Islam. Hal ini penting dilakukan tidak hanya sebagai pembatas masalah namun juga berguna sebagai penyatuan pandangan akan apa yang dibicarakan
Karakteristik berasal dari kata "characteristic" yang berarti sifat yang khas. Atau bisa diambil pengertian bahwa karakteristik adalah suatu sifat khas yang membedakan dengan yang lain. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,karakteristik diartikan sebagai ciri-ciri khusus dari suatu hal. Ciri yang dapatdijadikan pengenal akan suatu identitas. Satu-dua ciri sangat mungkin sama denganhal lainnya, tapi jika semua ciri dibandingkan maka akan terlihat jelas perbedaannya. Dengan kata lain karakteristik dapat dijadikan pedoman dalam mengenali (mengidentifikasi) sebuah hal atau fenomena.
Sedangkan Pendidikan Islam menurut M. Yusuf Al-Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.
Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Dari definisi diatas, pendidikan Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani,  rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Jadi Karakeristik Pendidikan Islam adalah sifat yang khas dan berbeda dari yang lain tentang proses bimbingan jasmani,  rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Dapat disimpulkan bahwa, karakteristik pendidikan Islam berpengertian sebagai ciri-ciri khusus yang membedakan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan lainnya. Identitas yang membuat sistem pendidikan tersebut dapatmembangun manusia seutuhnya, seimbang antara jasmani dan rohani, siap untuk menjadi manusia unggul dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat. Ciri yangmembuat manusia semakin dekat dengan penciptanya

2.    Karakteristik Pendidikan Islam
a.       Pendidikan yang Tinggi (Sakral)
b.       Pendidikan yang Seimbang
c.       Pendidikan Yang Realistis
d.       Pendidikan yang Komprehensif dan Integral
Komprehensif memeliliki pengertian luas dan lengkap. Sebagai ajaranyang komprehensif, menurut berbagai sumber, Islam memiliki beberapakarakteristik yang dapat dijadikan landasan berpikir dalam kehidupan sehari-hari.
 Islam merupakan ajaran (pendidikan) yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Islam tidak mengenal sekat geografis yang membatasimanusia selama ini. Jarak dan letak tidak menjadikan Islam sebagai ajaran yangditujukan hanya untuk sekelompok orang saja, melainkan untuk seluruh umatmanusia di segala penjuru dunia.
e.       Pendidikan yang Berkontinuitas
Kontinu di sini memiliki arti dilakukan terus-menerus tidak hanya untukmendapatkan sesuatu yang baru tapi juga mengembangkan dan memanfaatkanapa yang telah diperoleh.
Dalam pendidikan Islam, tidak ada kata selesai dalam menuntut ilmu.Sebuah keharusan bagi seorang manusia untuk terus memperdalam ilmunya,tidak hanya melalui bangku pendidikan, justru tantangan itu akan jauh lebihbesar ketika seorang manusia tiba di tengah-tengah masyarakat. Tantangantidak hanya untuk terus mengembangkan keilmuan tetapi juga untukmendayagunakan bagi kehidupan.
f.        Pendidikan yang Global
Sebagai agama yang universal (rahmatan lil alamin) Islam dapatditerima oleh semua suku, golongan, ras, dan bangsa. Hal ini tidak terlepas darikarakteristik pendidikan Islam yang lainnya. Dengan karakter pendidikan Islam sebelumnya menjadikan pendidikan Islam sangat mudah diterima oleh semua golongan tidak hanya zaman dahulu, sekarang, ataupun yang akandatang.
g.       Pendidikan yang Tumbuh dan Berkembang

Karakter yang terdapat pada diri pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas posisi pendidikan Islam diantara jenis pendidikan-pendidikan yang lainnya.Namun dengan melihat kondisi yang ada saat ini, banyak tantangan yang harusdihadapi pendidikan Islam, dimana tantangan tersebut tidak hanya yang bersifatinternal namun juga yang datangnya dari luar Islam sendiri. Tantangan-tantangantersebut harus mampu dijawab setiap elemen yang ada dalam pendidikan Islam,mulai dari tingkat dasar hingga ke tingkat perguruan tinggi. Dengan perhatian yang  serius, pendidikan Islam nantinya, dan agama Islam dalam artian secara luas, dapatditerima oleh semua orang di muka bumi ini.

B.            Manajemen Berbasis Sekolah

1.            Dasar dan Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah.
Manajemen Berbasis sekolah merupakan suatu manajemen sekolah yang disebut juga dengan otonomi sekolah (school autonomy) atau site-based management (Beck & Murphy, 1996). Sejalan dengan belakunya otonomi daerah dalam dunia pendidikan, MBS atau school-based management (SBM) menuntut terjadinya perubahan dalam manajemen sekolah. Karena itu, pengelolaan suatu sekolah diserahkan kepada sekolah tersebut, atau sekolah diberikan kewenangan besar untuk mengelola sekolahnya sendiri dengan menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah ini.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah atau madrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah atau madrasah sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Pada prinsipnya MBS bertujuan untuk memberdayakan sekolah dalam menetapkan berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah pada peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN.
MBS, yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. peningkatan efisiensi, antara lain, diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain, melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah.
peningkatn pemerataan antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
a.            Dalam MBS, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu seperti anggaran, personel, dan kurikulum lebih banyak diletakkan pada tingkat sekolah daripada di tingkat pusat, provinsi, atau bahkan juga kabupaten/ kota. Dengan pemberlakuan MBS diharapakan setidaknya dapat diperoleh beberapa keuntungan antara lain, yaitu:
b.            Mendorong kreativitas kepala sekolah untuk mengelola sekolahnya menjadi lebih baik.
c.             Dapat lebih mengaktifkan atau meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut bertanggung jawab terhadap kinerja dan keberhasilan sekolah atau madrasah.
d.            Dapat mengembangkan tugas pengelolaan sekolah atau madrasah tersebut menjadi tanggung jawab sekolah dan masyarakat.

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yakni:
1). Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah atau madrasah dalam mengelola dan membedayakan sumber daya yang tersedia;
2). Meningkatkan kepedulian warga sekolah atau madrasah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3). Meningkatkan tanggung jawab sekolah atau madrasah kepada orangtua, pemerintah tentang mutu sekolah atau madrasah;
4). Meningkatkan kompetensi yang sehat antar madrasah dan sekolah lain untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.

2. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5 (lima) hal yaitu:
1. Fokus pada mutu
2. Bottom-up planning and decision making
3. Manajemen yang transparan
4. Pemberdayaan masyarakat
5. Peningkatan mutu secara berkelanjutan

Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang harus difahami yaitu:
1). kekuasaan;
2). pengetahuan;
3). sistem informasi; dan
4). sistem penghargaan.
Kekuasaan Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan ini dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan partisipasi dari berbagai pihak, terutama guru dan orangtua siswa. Seberapa besar kekuasaan sekolah tergantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan. Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam seketika, melainkan ada proses transisi dari manajemen yangdikontrol pusat ke MBS.
Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis antara lain dengan:
a. Melibatkan semua fihak, khususnya guru dan orangtua siswa.
b. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya
c. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.
Pengetahuan Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi seseorang yang berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah harus memiliki sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan atau workshop guna membekali guru dengan berbagai kemampuan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.


3. kepala sekolah sebagai Manajer
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan ketrampilan utama dalam menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat perencanaan yang baik merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi ketrerampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.
Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan professional.
Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tgas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya.

4.kepala sekolah sebagai pemimpin dan supervisior
           Kepemimpinan Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksanakan.
Tugas Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus memiliki kepribadian yang kuat; dapat dipercaya, jujur dan bertanggung jawab,memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa dengan baik; memiliki visi dan memahami misi sekolah, memiliki kemampuan mengambil keputusan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi.
Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin berarti kepala sekolah dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui tahap kegiatan sebagai berikut:
1).    Perencanaan (planning)
       Perencanaan pada dasarnya menjawab pertanyaan: apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, di mana dilakukan, oleh siapa dan kapan dilakukan. Kegiatan-kegiatan sekolah seperti yang telah disebutkan dimuka harus direncanakan oleh kepala sekolah, hasilnya berupa rencana tahunan sekolah yang akan berlaku pada tahun ajaran berikutnya.
2).    Pengorganisasian (organizing)
       Kepala sekolah sebagai pemimpin bertugas untuk menjadikan kegiatan-kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan sekolah dapat berjalan dengan lancar. Kepala sekolah perlu mengadakan pembagian kerja yang jelas bagi guru-guru yang menjadi anak buahnya.
3).      Pengarahan (directing)
       Pengarahan adalah kegiatan membimbing anak buah dengan jalan memberi perintah, memberi petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakkan disiplin, memberikan berbagai usaha lainnya agar mereka dalam melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkan dalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.
4).    Pengkoordinasian (coordinating)
       Pengkoordinasian adalah kegiatan menghubungkan orang-orang dan tugas-tugas sehingga terjalin kesatuan atau keselarasan keputusan, kebijaksanaan, tindakan, langkah, sikap serta tercegah dari timbulnya pertentangan, kekacauan, kekembaran (duplikasi), kekosongan tindakan.
5).    Pengawasan (controling)
       Pengawasan adalah tindakan atau kegiatan usaha agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil kerja sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk atau ketentuan-ketentuan lainnya yang telah ditetapkan.

Menurut Purwanto, ( 2004 : 65) bahwa seorang kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai sepuluh macam peranan, yaitu sebagai berikut:
a)    Sebagai pelaksana (executive)
b.)   Sebagai perencana (planner)
c)    Sebagai seorang ahli (expert)
d)    Mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok (contoller of  internal relationship)
e)    Mewakili kelompok (group representative)
f)    Bertindak sebagai pemberi ganjaran / pujian dan hukuman
g)    Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and modiator)
h)    Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
i)    Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (idiologist)
j)     Bertindak sebagai ayah (father figure)
 


  Kepala Sekolah sebagai Supervisor
Pelaksanaan supervisi merupakan tugas kepala sekolah untuk melakukan pengawasan terhadap guru-guru dan pegawai sekolahnya. Beberapa prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan supervisi  adalah :
1)      Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif
2)      Supervisi harus bersifat sederhana, realistis dan informasi
         dalam pelaksanaannya
3)      Supervisi harus bersifat objektif
4)      Supervisi bersifat preventif
5)      Supervisi bersifat korektif
6)      Supervisi bersifat kooperatif
7)  Supervisi harus memperhatikan kemampuan para anggota organisasi.
Apabila prinsip-prinsip supervisi diatas diperhatikan dan benar-benar dilakukan oleh kepala sekolah, kiranya dapat diharapkan setiap sekolah akan berangsur-angsur maju dan berkembang sebagai alat yang benar-benar memenuhi syarat untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi kesanggupan dan kemampuan seorang kepala sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat lambatnya hasil supervisi itu antara lain:
•                Lingkungan masyarakat dimana sekolah berada.
•                Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
•                Tingkatan dan jenis sekolah.
•                Keadaan guru-guru dan pegawai-pegawai yang tersedia.
•                Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. 






Sumber:
http://sosioakademika.blogspot.co.id/2015/10/karakteristik-pendidikan-islam-seiring.html
https://amcreative.wordpress.com/manajemen-berbasis-sekolah/
(Sumber: Lazismu Edisi: 14 Januari 2009).

https://suaraguru.wordpress.com/2009/02/13/kepala-sekolah-sebagai-leader-dan-manajer/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar