A. Karakteristik
Pendidikan
1. Pengertian
Karakteristik Pendidikan Islam
Sebelum berbicara jauh mengenai
karakteristik pendidikan Islam, adabaiknya kita melihat kembali berbagai
pengertian dari karakteristik danpendidikan Islam. Hal ini penting dilakukan
tidak hanya sebagai pembatas masalah namun juga berguna sebagai penyatuan
pandangan akan apa yang dibicarakan
Karakteristik berasal dari kata
"characteristic" yang berarti sifat yang khas. Atau bisa diambil
pengertian bahwa karakteristik adalah suatu sifat khas yang membedakan dengan
yang lain. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia,karakteristik diartikan sebagai
ciri-ciri khusus dari suatu hal. Ciri yang dapatdijadikan pengenal akan suatu
identitas. Satu-dua ciri sangat mungkin sama denganhal lainnya, tapi jika semua
ciri dibandingkan maka akan terlihat jelas perbedaannya. Dengan kata lain
karakteristik dapat dijadikan pedoman dalam mengenali (mengidentifikasi) sebuah
hal atau fenomena.
Sedangkan Pendidikan Islam
menurut M. Yusuf Al-Qardhawi adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan
hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena itu,
pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun
perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis dan pahitnya.
Hasan Langgulung merumuskan
pendidikan Islam sebagai suatu “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi
peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan
fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Dari definisi diatas, pendidikan
Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani,
rohani yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan
pengetahuan serta nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat.
Jadi Karakeristik Pendidikan
Islam adalah sifat yang khas dan berbeda dari yang lain tentang proses
bimbingan jasmani, rohani yang
berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam dan memindahkan pengetahuan serta
nilai-nilai Islam untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
Dapat disimpulkan bahwa,
karakteristik pendidikan Islam berpengertian sebagai ciri-ciri khusus yang
membedakan pendidikan Islam dengan sistem pendidikan lainnya. Identitas yang
membuat sistem pendidikan tersebut dapatmembangun manusia seutuhnya, seimbang
antara jasmani dan rohani, siap untuk menjadi manusia unggul dalam menghadapi
kehidupan dunia dan akhirat. Ciri yangmembuat manusia semakin dekat dengan
penciptanya
2. Karakteristik
Pendidikan Islam
a. Pendidikan
yang Tinggi (Sakral)
b. Pendidikan
yang Seimbang
c. Pendidikan
Yang Realistis
d. Pendidikan
yang Komprehensif dan Integral
Komprehensif memeliliki
pengertian luas dan lengkap. Sebagai ajaranyang komprehensif, menurut berbagai
sumber, Islam memiliki beberapakarakteristik yang dapat dijadikan landasan
berpikir dalam kehidupan sehari-hari.
Islam merupakan ajaran (pendidikan) yang tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Islam tidak mengenal sekat geografis yang
membatasimanusia selama ini. Jarak dan letak tidak menjadikan Islam sebagai
ajaran yangditujukan hanya untuk sekelompok orang saja, melainkan untuk seluruh
umatmanusia di segala penjuru dunia.
e. Pendidikan
yang Berkontinuitas
Kontinu di sini memiliki arti
dilakukan terus-menerus tidak hanya untukmendapatkan sesuatu yang baru tapi
juga mengembangkan dan memanfaatkanapa yang telah diperoleh.
Dalam pendidikan Islam, tidak ada
kata selesai dalam menuntut ilmu.Sebuah keharusan bagi seorang manusia untuk
terus memperdalam ilmunya,tidak hanya melalui bangku pendidikan, justru
tantangan itu akan jauh lebihbesar ketika seorang manusia tiba di tengah-tengah
masyarakat. Tantangantidak hanya untuk terus mengembangkan keilmuan tetapi juga
untukmendayagunakan bagi kehidupan.
f. Pendidikan
yang Global
Sebagai agama yang universal
(rahmatan lil alamin) Islam dapatditerima oleh semua suku, golongan, ras, dan
bangsa. Hal ini tidak terlepas darikarakteristik pendidikan Islam yang lainnya.
Dengan karakter pendidikan Islam sebelumnya menjadikan pendidikan Islam sangat
mudah diterima oleh semua golongan tidak hanya zaman dahulu, sekarang, ataupun
yang akandatang.
g. Pendidikan
yang Tumbuh dan Berkembang
Karakter yang terdapat pada diri
pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas posisi pendidikan Islam diantara
jenis pendidikan-pendidikan yang lainnya.Namun dengan melihat kondisi yang ada
saat ini, banyak tantangan yang harusdihadapi pendidikan Islam, dimana
tantangan tersebut tidak hanya yang bersifatinternal namun juga yang datangnya
dari luar Islam sendiri. Tantangan-tantangantersebut harus mampu dijawab setiap
elemen yang ada dalam pendidikan Islam,mulai dari tingkat dasar hingga ke
tingkat perguruan tinggi. Dengan perhatian yang serius, pendidikan
Islam nantinya, dan agama Islam dalam artian secara luas, dapatditerima oleh
semua orang di muka bumi ini.
B. Manajemen
Berbasis Sekolah
1. Dasar
dan Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah.
Manajemen Berbasis sekolah
merupakan suatu manajemen sekolah yang disebut juga dengan otonomi sekolah
(school autonomy) atau site-based management (Beck & Murphy, 1996). Sejalan
dengan belakunya otonomi daerah dalam dunia pendidikan, MBS atau school-based
management (SBM) menuntut terjadinya perubahan dalam manajemen sekolah. Karena
itu, pengelolaan suatu sekolah diserahkan kepada sekolah tersebut, atau sekolah
diberikan kewenangan besar untuk mengelola sekolahnya sendiri dengan
menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah ini.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
yaitu model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah
atau madrasah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung semua warga sekolah atau madrasah sesuai dengan standar
pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten dan
Kota.
Pada prinsipnya MBS bertujuan
untuk memberdayakan sekolah dalam menetapkan berbagai kebijakan internal
sekolah yang mengarah pada peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara
keseluruhan.
MBS merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu
dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN.
MBS, yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan
masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di
masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan
pendidikan. peningkatan efisiensi, antara lain, diperoleh melalui keleluasaan
mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.
Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain, melalui partisipasi
orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas,
peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah.
peningkatn pemerataan antara lain
diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan
pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
a. Dalam
MBS, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu seperti anggaran, personel,
dan kurikulum lebih banyak diletakkan pada tingkat sekolah daripada di tingkat
pusat, provinsi, atau bahkan juga kabupaten/ kota. Dengan pemberlakuan MBS
diharapakan setidaknya dapat diperoleh beberapa keuntungan antara lain, yaitu:
b. Mendorong
kreativitas kepala sekolah untuk mengelola sekolahnya menjadi lebih baik.
c. Dapat
lebih mengaktifkan atau meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut
bertanggung jawab terhadap kinerja dan keberhasilan sekolah atau madrasah.
d. Dapat
mengembangkan tugas pengelolaan sekolah atau madrasah tersebut menjadi tanggung
jawab sekolah dan masyarakat.
Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah yakni:
1). Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan
inisiatif sekolah atau madrasah dalam mengelola dan membedayakan sumber daya
yang tersedia;
2). Meningkatkan kepedulian warga sekolah atau madrasah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama;
3). Meningkatkan tanggung jawab sekolah atau madrasah kepada
orangtua, pemerintah tentang mutu sekolah atau madrasah;
4). Meningkatkan kompetensi yang sehat antar madrasah dan
sekolah lain untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan.
2. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5 (lima) hal yaitu:
1. Fokus pada mutu
2. Bottom-up planning and decision making
3. Manajemen yang transparan
4. Pemberdayaan masyarakat
5. Peningkatan mutu secara berkelanjutan
Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip
yang harus difahami yaitu:
1). kekuasaan;
2). pengetahuan;
3). sistem informasi; dan
4). sistem penghargaan.
Kekuasaan Kepala sekolah memiliki
kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan
pengelolaan sekolah dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan
ini dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien.
Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan
partisipasi dari berbagai pihak, terutama guru dan orangtua siswa. Seberapa
besar kekuasaan sekolah tergantung seberapa jauh MBS dapat diimplementasikan.
Pemberian kekuasaan secara utuh sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin
dilaksanakan dalam seketika, melainkan ada proses transisi dari manajemen
yangdikontrol pusat ke MBS.
Kekuasaan yang lebih besar yang
dimiliki oleh kepala sekolah dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan
dengan demokratis antara lain dengan:
a. Melibatkan semua fihak, khususnya guru dan orangtua
siswa.
b. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi
kewenangan untuk mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya
c. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.
Pengetahuan Kepala sekolah dan
seluruh warga sekolah harus menjadi seseorang yang berusaha secara terus
menerus menambah pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan mutu
sekolah. Untuk itu, sekolah harus memiliki sistem pengembangan sumber daya
manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan atau workshop guna membekali guru dengan
berbagai kemampuan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
3. kepala sekolah sebagai Manajer
Sebagai seorang manajer, kepala
sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan ketrampilan utama dalam menajerial
organisasi, yaitu ketrampilan membuat perencanaan, keterampilan mengorganisasi
sumberdaya, keterampilan melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan
pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan
dibahas secara detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan
perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik
perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang.
Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan
jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan
jangka menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5
tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10
tahun. Proses perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat
perencanaan yang baik merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip
perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa yang
dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di mana
dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail perencanaan
inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan
pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai sumberdaya yang cukup besar
mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa,
sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta sarana dan prasarana
yang dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah
keterbatasan sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas,
namun sumberdaya yang dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan.
Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi ketrerampilan manajerial yang
tidak bisa ditinggalkan.
Ketiga, adalah kemampuan
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan
ini mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional lembaga
pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama,
serta selalu melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada
gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan
secara sungguh-sungguh dan professional.
Keempat, kepala sekolah harus
mampu melakukan tugas-tgas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi)
ini meliputi supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang pengajaran.
Sepervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan
keterampilan dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi
pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta
kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga
harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga
ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya.
4.kepala sekolah sebagai pemimpin dan supervisior
Kepemimpinan Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan
yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala
sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksanakan.
Tugas Kepala Sekolah sebagai
pemimpin harus memiliki kepribadian yang kuat; dapat dipercaya, jujur dan
bertanggung jawab,memahami kondisi guru, karyawan, dan siswa dengan baik;
memiliki visi dan memahami misi sekolah, memiliki kemampuan mengambil
keputusan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi.
Tugas kepala sekolah sebagai
pemimpin berarti kepala sekolah dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui
tahap kegiatan sebagai berikut:
1). Perencanaan
(planning)
Perencanaan
pada dasarnya menjawab pertanyaan: apa yang harus dilakukan, bagaimana
melakukannya, di mana dilakukan, oleh siapa dan kapan dilakukan.
Kegiatan-kegiatan sekolah seperti yang telah disebutkan dimuka harus
direncanakan oleh kepala sekolah, hasilnya berupa rencana tahunan sekolah yang
akan berlaku pada tahun ajaran berikutnya.
2).
Pengorganisasian (organizing)
Kepala sekolah
sebagai pemimpin bertugas untuk menjadikan kegiatan-kegiatan sekolah untuk
mencapai tujuan sekolah dapat berjalan dengan lancar. Kepala sekolah perlu
mengadakan pembagian kerja yang jelas bagi guru-guru yang menjadi anak buahnya.
3). Pengarahan
(directing)
Pengarahan
adalah kegiatan membimbing anak buah dengan jalan memberi perintah, memberi
petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakkan disiplin, memberikan berbagai
usaha lainnya agar mereka dalam melakukan pekerjaan mengikuti arah yang
ditetapkan dalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.
4).
Pengkoordinasian (coordinating)
Pengkoordinasian adalah kegiatan menghubungkan orang-orang dan
tugas-tugas sehingga terjalin kesatuan atau keselarasan keputusan, kebijaksanaan,
tindakan, langkah, sikap serta tercegah dari timbulnya pertentangan, kekacauan,
kekembaran (duplikasi), kekosongan tindakan.
5). Pengawasan
(controling)
Pengawasan
adalah tindakan atau kegiatan usaha agar pelaksanaan pekerjaan serta hasil
kerja sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk atau ketentuan-ketentuan
lainnya yang telah ditetapkan.
Menurut Purwanto, ( 2004 : 65)
bahwa seorang kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai sepuluh macam peranan,
yaitu sebagai berikut:
a) Sebagai pelaksana
(executive)
b.) Sebagai
perencana (planner)
c) Sebagai seorang
ahli (expert)
d) Mengawasi
hubungan antara anggota-anggota kelompok (contoller of internal relationship)
e) Mewakili
kelompok (group representative)
f) Bertindak
sebagai pemberi ganjaran / pujian dan hukuman
g) Bertindak
sebagai wasit dan penengah (arbitrator and modiator)
h) Pemegang
tanggung jawab para anggota kelompoknya
i) Sebagai
pencipta/memiliki cita-cita (idiologist)
j) Bertindak
sebagai ayah (father figure)
Kepala Sekolah
sebagai Supervisor
Pelaksanaan supervisi merupakan tugas kepala sekolah untuk
melakukan pengawasan terhadap guru-guru dan pegawai sekolahnya. Beberapa
prinsip yang digunakan dalam mengadakan kegiatan supervisi adalah :
1) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan
kreatif
2) Supervisi
harus bersifat sederhana, realistis dan informasi
dalam
pelaksanaannya
3) Supervisi
harus bersifat objektif
4) Supervisi
bersifat preventif
5) Supervisi
bersifat korektif
6) Supervisi
bersifat kooperatif
7) Supervisi harus
memperhatikan kemampuan para anggota organisasi.
Apabila prinsip-prinsip supervisi diatas diperhatikan dan
benar-benar dilakukan oleh kepala sekolah, kiranya dapat diharapkan setiap sekolah
akan berangsur-angsur maju dan berkembang sebagai alat yang benar-benar
memenuhi syarat untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi kesanggupan dan
kemampuan seorang kepala sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat
lambatnya hasil supervisi itu antara lain:
•
Lingkungan masyarakat dimana sekolah berada.
• Besar
kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
• Tingkatan
dan jenis sekolah.
•
Keadaan guru-guru dan pegawai-pegawai yang tersedia.
•
Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.
Sumber:
http://sosioakademika.blogspot.co.id/2015/10/karakteristik-pendidikan-islam-seiring.html
https://amcreative.wordpress.com/manajemen-berbasis-sekolah/
(Sumber: Lazismu Edisi: 14 Januari 2009).
https://suaraguru.wordpress.com/2009/02/13/kepala-sekolah-sebagai-leader-dan-manajer/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar