Sabtu, 17 Desember 2016

PENDEKATAN DAN MODEL KEPEMIMPINAN

1.            Pendekatan Sifat
Secara historis, mula-mula timbul pemikiran bahwa pemipin itu dilahirkan, bukan dibentuk atau karena pengalaman. Pemikiran ini disebut Hereditary (turun-temurun). Namun demikian, kemudian muncul teori baru, yaitu teori Physical characteristic. Teori ini dikemukakan oleh Sheldon, bahwa ada 76 tipe struktur badan yang berhubungan dengan perbedaan temperamen dan kepribadian. Perkembangan terakhir menyatakan bahwa pemimpin itu dapat dibentuk atau dilatih.
Sebagai contoh dari pendekatan sifat adalah menurut Thierauf, Klekamp, dan Geeding (1977: 493), yang menyatakan bahwa pemimpin memiliki ciri-ciri: kecerdasan, inisiatif, daya khayal, bersemangat, harapan baik, keberanian, keaslian, kesediaan menerima, kemampuan berkomuniasi, rasa perlakuan yang wajar terhadap semua orang, kepribadian, keuletan, manusiawi, kemampuan mengawasi, dan ketenangan diri.
Terry (1972: 470) merinci bahwa pemimpin memiliki ciri-ciri: kecerdasan, inisiatif, kekuatan dan dorongan, kematangan perasaan, meyakinkan, kemahiran berkomunikasi, ketenangan diri, cerdik, daya cipta, dan berperan serta dalam pergaulan.
Stogdill (1984) menyatakan bahwa pemimpin memiliki ciri-ciri: kecerdasan, berilmu, dapat diandalkan dalam pelaksanaan pertanggungjawaban, aktifitas dan peran serta sosial, dan status sosial ekonomi.
Treeman dan Taylor (1950) juga menyatakan bahwa seorang pemimpin memiliki sifat: tekun, giat, keras hati, bercita-cita, kuat, berani, kerja sama, percaya diri, tenang, riang, berjiwa matang, efisien, cerdas, berbakat, banyak akal, penuh daya khayal, mendahulukan kepentingan orang lain, tidak mementingkan diri sendiri, setia kepada cita-cita berakhlak, dan lapang dada (sabar).
Feldman dan Arnold (1983) menyatakan bahwa seorang pemimpin dituntut memiliki:
(1) sifat-sifat pribadi: penyesuaian diri, giat dan tegas, berpengaruh, keseimbangan jiwa dan   kontrol, kebebasan (tidak penurut), keaslian dan daya cipta, kejujuran pribadi, dan percaya diri;
(2) kemampuan: kecerdasan, pertimbangan, membuat keputusan, pengetahuan luas, pandai berkomunikasi ; dan
(3) kemahiran sosial: kemampuan bekerja sama, kemampuan administrasi, populis dan berwibawa, suka bergaul, peran serta sosial, dan kebijaksanaan serta pandai berdiplomasi.
Sutarto (1998) menyatakan bahwa sifat-sifat yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin adalah: taqwa, sehat, cakap, jujur, tegas, setia, cerdik, berani, berilmu, efisien, disiplin, manusiawi, bijaksana, bersemangat, percaya diri, berjiwa matang, bertindak adil, berkemauan keras, daya cipta asli, berwawasan situasi, berpengharapan baik, mampu berkomunikasi, berdaya tanggap tajam, mampu menyusun rencana, mampu melakukan kontrol, bermotivasi kerja sehat, memiliki tanggung jawab, satunya kata dan perbuatan, dan mendahulukan kepentingan orang lain.
 Fakri Gaffar (2002) menyatakan bahwa manajer pendidikan dituntut memiliki karakteristik, yaitu memiliki wawasan nasional, wawasan daerah, dan wawasan global, memiliki komitmen dan kemauan tinggi untuk membangun pendidikan untuk kepentingan masyarakat daerah, dan masyarakat bangsa; memiliki cinta bangsa yang amat mendalam tanpa membedakan asal suku, agama, tempat tinggal, status ekonomi, gender, dan warna kulit; memiliki sikap terbuka, dan sikap menerima kenyataan hidup yang dihadapi dengan penuh cermat dan hati-hati; memeliki akhlak yang mulia, dan iman taqwa yang kuat; memiliki sikap profesionalisme yang tinggi; memiliki cinta lingkungan hidup; memiliki rasa hormat kepada setiap orang sebagai manusia; memiliki keikhlasan dan kesabaran untuk melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan; memiliki pemahaman yang memadai tentang manajemen, tentang pendidikan, tentang teknologi informasi termasuk komputer, dan memiliki sikap akademik yang integratif.
Pendekatan sifat tentang kepemimpinan bersifat tidak absolut sebab tak seorangpun  yang bisa memiliki sifat-sifat secara lengkap dan utuh, bahkan situasi yang dihadapi organisasi berbeda satu sama lain, sehingga setiap organisasi menuntut keberadaan sifat-sifat kepemimpinan yang berbeda. Dalam hal ini Freeman and Taylor (1950) menyampaikan ciri-ciri pemimpin yang seharusnya ada pada pribadi pemimpin, dan sifat-sifat yang seharusnya tidak ada pada seorang pemimpin. Sifat-sifat tersebut dapat dilihat pada tabel

2.            Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku terhadap kepemimpinan didasarkan pada suatu pemikiran bahwa keberhasilan pemimpin ditentukan oleh gaya bersikap dan gaya bertindak pemimpin yang bersangkutan. Gaya bersikap dan bertindak akan tampak dari: cara melakukan suatu pekerjaan, cara memberikan perintah, cara memberi tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, cara mendorong semangat bawahannya, cara memberikan bimbingan, cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, cara mengawasi pekerjaan bawahan, cara menegur kesalahan bawahan. Berdasarkan pengamatan pada gaya bersikap dan bertindak, seorang pemimpin dikatakan memiliki gaya kepemimpinan otoriter, atau demokratik.
Pendekatan perilaku yang melahirkan beberapa teori gaya kepemimpinan, penelitiannya telah dilakukan oleh: Universitas Iowa, Universitas Ohio, Universitas Michigan, studi managerial Grid, teori empat sistem manajemen, serta teori X dan Y.

3. Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi juga sering disebut pendekatan situasional (situational approach), terdiri dari berbagai macam model, antara lain: model kepemimpinan kontingensi dari Fiedler, model tiga demensi kepemimpinan dari Reddin, model kontinum kepemimpinan dari Tannenbaum dan Schmidt, model kontinum kepemimpinan berdasarkan banyaknya peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dari Yetton, model kontingensi lima faktor dari Farris, model kepemimpinan dinamika kelompok dari Cartwright dan Zander, model kepemimpinan path-goal dari vans dan House, model kepemimpinan vertikal Dyad Linkage dari Grean, model kepemimpinan sistem dari Bass, dan model kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard.

             Model kepemimpinan berdasarkan pendekatan kontingensi atau pendekatan situasional, model kontinum kepemimpinan Tannenbaum dan Schmidt, model kepemimpinan path goal dari Evans dan House, model kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard perlu mendapat kajian mendalam.
Menurut Tannenbaum dan Schmidt, ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih gaya kepemimpinan, yaitu: kekuatan pemimpin, kekuatan bawahan, dan kekuatan situasi. Model kontinum merupakan satu garis yang diawali dengan titik yang menunjukkan perilaku terpusat pada pemimpin, dan diakhiri dengan titik yang menujukkan perilaku yang terpusat pada bawahan.
Model kepemimpinan path-goal dari Evans dan House,menyatakan bahwa motivasi individu didasarkan pada harapan atas imbalan yang menarik. Pendekatan ini menitikberatkan pada pemimpin sebagai sumber imbalan. Pemimpin memiliki sejumlah syarat untuk mempengaruhi bawahan. Dalam hal ini yang sangat penting adalah kemampuan menajer untuk memberikan imbalan dan menjelaskan apa yang bawahan harus kerjakan untuk memperoleh imbalan tersebut. Menurut pendekatan ini ada dua macam variabel yang menentukan gaya kepemimpinan yang efektif, yaitu: ciri-ciri pribadi bawahan, dan tekanan lingkungan atau tuntutan di tempat kerja


Sumber:

http://fajaral-husaini.blogspot.co.id/2013/03/pendekatan-kepemimpinan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar